Rabu, 18 Februari 2015

PIE BROWNIES

Malam hari, setelah percobaan bikin pie brownies.
"Bunda, pie browniesnya biar aku jualin aja di sekolah," pinta si sulung dengan tampang pede.
"Oke."

Keesokan paginya, jelang berangkat sekolah.
"Jangan lupa tanyain sama temenmu ya. Enak apa nggak pie browniesnya."

Sorenya ...
"Gimana pie browniesnya? Laku apa nggak?"
"Cuma Izzudin aja yang beli."
"Ya udah, mana sisanya?"
"Itu, tinggal satu."
"Lho, kan tadi Bunda bawain lima?"
"Yang tiga, aku yang makan."
"Sudah kuduga, pasti begitu," celetuk Ayah.
Tadinya Bunda cuma senyum-senyum aja.Tapi mau nggak mau celetukan itu keluar juga, "Itu laper apa doyan?"

Dan malamnya, masih juga penasaran. :-p
"Terus gimana kata Izzudin? Enak nggak pie browniesnya?"
"Ya nggak tau. Soalnya sama dia langsung dimasukin tas ..."

Oalah. Sudah gagal jualan, gagal pula dapat testimoni. Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Besok, bikin lagi ah pie brownies-nya. Tes daya tahannya. Sebelum dilempar ke pasaran. Alhamdulillah, ntar lagi insya Allah pie buah dan pie susu punya teman baru. Namanya: PIE BROWNIES.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar